Sabtu, 25 Mei 2024

Warga Desa Sukajeruk Diresahkan Oleh Perselingkuhan Salah Satu Oknum Panwascam

Foto: Ilustrasi [Net]


SUMENEP, MASALEMBO.COM- Warga Dusun Gunung, Desa Sukajeruk, Kecamatan Masalembu mengaku resah terhadap tindakan, perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu oknum Komisioner Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwascam) setempat berinisial FRD.

Menurut salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya berinisial RF oknum Panwascam Masalembu tersebut, kerap kali datang tanpa mengenal waktu ke lingkungannya yang mana selingkuhan oknum tersebut berada.

Selingkuhan FRD saat ini berstatus Janda dan memiliki toko kelontong. RF juga mengaku warga sudah pernah mengingatkan, namun tidak pernah diindahkan oleh pelaku, malah justru semakin menjadi-jadi.

"Sering kali FRD itu datang, siang malam tidak mengenal waktu. Bahkan dari siang Sampek malam kadang, " ujarnya. Sabtu 25/04.

Padahal kata RF oknum Panwascam tersebut sudah memiliki istri dan anak. Ditambah juga bekerja sebagai tenaga pendidik di salah lembaga yang ada di Kecamatan Masalembu.

Sampai saat ini warga masih terus mencoba menahan diri untuk tidak melakukan main hakim sendiri. Akan tetapi warga juga tidak mengerti musti melapor kemana, sementara tindakan FRD sudah merusak lingkungan sekitar.

"Ya warga sudah pernah mengingatkan, keduanya baik FRD maupun selingkuhannya," ungkapnya.

RF juga khawatir apabila tindakan perselingkuhan oleh oknum Panwascam tersebut, tidak segera diakhiri. Kesabaran warga sekitar sudah tidak dibendung lagi. Saat ini warga sekitar tempat tinggal janda selingkuhan FRD sudah sangat resah.

"Masyarakat sangat resah dan mulai benci sama FRD, warga mana yang mau lingkungannya dijadikan tempat perselingkuhan," tandasnya.

Secara terpisah, Masalembo.com mencoba menghubungi salah satu Komisioner Panwascam Masalembu Chairullah untuk dimintai keterangan, namun hingga berita ini dinaikkan belum memberikan yang bersangkutan belum membalas pesan singkat WhatsApp.

Sementara itu FRD sejak Jum'at 24 Mei 2024 malam. Belum menjawab satupun telfon lewat media sosial WhatsApp ketika hendak dimintai keterangan. (TH)


from MASALEMBO https://ift.tt/k6F9iIP
via gqrds

Minggu, 05 Mei 2024

Tantangan Hoaks dalam Dunia Pendidikan, Topik Webinar Kominfo di Majene


MAJENE, MASALEMBO.COM - Banyak hal baik bisa dipetik dari dunia digital. Di samping kebaikan dan manfaatnya, dunia digital (internet) juga menyimpan sisi buruk berupa informasi salah (hoaks). Kecepatan penyebaran hoaks adalah wajah lain dari tantangan dunia pendidikan di era post-truth.

Untuk dapat mengenal dan mengatasi hoaks era post-truth, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat akan menggelar webinar literasi digital untuk segmen pendidikan di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Senin (6/5) pagi, pukul 09.00 WITA.

Mengusung tema ”Tantangan Hoaks dalam Dunia Pendidikan”, webinar yang akan diikuti secara nobar oleh pelajar dari berbagai sekolah itu rencananya menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Jawara Internet Sehat Sulteng Andi Rizky Herdiansyah, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majene Sarmin, key opinion leader presenter Tya Yustia, dan Syam Mudho selaku moderator.

”Webinar juga dapat diikuti secara gratis dengan cara mendaftar di link https://ift.tt/XbvjVpt. Peserta akan mendapatkan e-sertifikat dari Kemenkominfo, dan tersedia voucher e-wallet senilai total Rp 1 juta untuk 10 peserta yang terpilih dengan pertanyaan interaktif paling menarik,” tulis Kemenkominfo dalam rilis kepada awak media, Minggu (5/5).

Terkait topik webinar, Kemenkominfo menjelaskan, dalam konteks pendidikan, fenomena post-truth terutama terjadi dalam hal penyampaian informasi dan penilaian terhadap informasi yang disajikan. Di era digital, informasi dapat dengan mudah disebarkan dengan sangat cepat dan meluas.

”Informasi benar bercampur dengan yang salah. Ini mengakibatkan munculnya banyak informasi yang tidak terverifikasi atau salah yang dapat memengaruhi persepsi dan pandangan siswa terhadap suatu topik,” jelas Kemenkominfo dalam rilis.

Fenomena post-truth, lanjut Kemenkominfo, erat kaitannya dengan penyebaran berita palsu (hoaks). Berita palsu dapat dengan mudah disebar melalui media sosial dan menjadi viral dalam waktu yang sangat cepat. ”Bahkan ketika berita palsu telah dikoreksi, dampak dari berita tersebut mungkin sudah telanjur menyebar dan mempengaruhi persepsi publik,” tegasnya.

Kemenkominfo menambahkan, pengaruh fenomena post-truth dalam pendidikan sangat berbahaya. Siswa dapat terjebak dalam pandangan yang salah atau dangkal tentang topik-topik penting yang dapat mempengaruhi keputusan mereka di masa depan. ”Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berpikir kritis, mengevaluasi informasi secara objektif, dan membuat keputusan yang informasinya didasarkan pada fakta,” urai Kemenkominfo.

Untuk diketahui, gelaran webinar seperti di Kabupaten Majene, Sulbar ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), yang dihelat Kemenkominfo sejak 2017. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.

Tahun ini, program #literasidigitalkominfo ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.

Kecakapan digital menjadi penting, karena-menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)-pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan yang terkait dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo. (*/red)



from MASALEMBO https://ift.tt/84lLuPp
via gqrds

Kamis, 02 Mei 2024

Lawan Hoaks di Media Sosial, Tema Webinar Kominfo di Mamuju Tengah


MAMUJU TENGAH, MASALEMBO.COM - Selain terbukti banyak memberikan manfaat, media sosial juga dikenal paling banyak berkontribusi menyebarkan berita palsu atau hoaks. Penyebaran informasi hoaks perlu dilawan, karena dapat menimbulkan keresahan. Masyarakat perlu diingatkan agar memanfaatkan media sosial secara positif, sehingga tidak mudah termakan isu yang tidak benar.

Untuk memberikan pemahaman terkait jenis dan bahaya hoaks di media sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat akan menggelar webinar literasi digital di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar, Jumat (2/5) pagi, pukul 09.00 WITA. 

Mengusung tema ”Lawan Hoaks di Media Sosial”, webinar untuk segmen pendidikan yang akan diikuti secara nobar oleh pelajar dan guru dari sejumlah sekolah itu rencananya menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah technopreneur Erlan Primansyah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju Tengah Busdir, key opinion leader Mom Influencer Ana Livian, dan Iman Darmawan selaku moderator.

”Webinar juga dapat diikuti secara gratis dengan cara mendaftar di link https://ift.tt/ASCTpzL. Peserta akan mendapatkan e-sertifikat dari Kemenkominfo, dan tersedia voucher e-wallet senilai total Rp 1 juta untuk 10 peserta yang terpilih dengan pertanyaan interaktif paling menarik,” tulis Kemenkominfo dalam rilis kepada awak media, Kamis (2/5). 

Terkait topik webinar, Kemenkominfo menjelaskan, era digital ditandai dengan maraknya penggunaan media sosial. Sayangnya, tidak semua informasi yang ada di media sosial seluruhnya baik dan dapat dipercaya kebenarannya. ”Literasi digital bertujuan memberikan pemahaman terhadap informasi hoaks dan kiat-kiat mengatasinya,” jelas Kemenkominfo dalam rilis.

”Dengan literasi digital, memungkinkan seseorang paham bentuk dan jenis hoaks, tips maupun kiat untuk menepis hoaks, bahkan melawannya agar tidak meluas penyebarannya,” tegas Kemenkominfo.

Kemenkominfo menambahkan, hoaks dapat menyebabkan perpecahan renggangnya persatuan masyarakat. ”Apalagi, kini banyak beredar berita hoaks terkait dengan indeologi yang bertentangan dengan nilai Pancsila,” imbuhnya.

Untuk diketahui, gelaran webinar seperti di Mamuju Tengah, Sulbar ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), yang dihelat Kemenkominfo sejak 2017. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.

Tahun ini, program #literasidigitalkominfo ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.
 
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan yang terkait dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo. (*/Red)



from MASALEMBO https://ift.tt/Izl1cS7
via gqrds